Sabtu, 08 Desember 2012

PDKS 2

PROPOSAL
LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN SISWA (LDKS)
OSIS SMPN 2 DARMA KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN PELAJARAN 2010 /2011

DASAR PEMIKIRAN
Osis sebagai organisasi formal di sekolah merupkan wadah yang menampung reativitas dan aktivitas siswa. Berdasar pada fungsi yang dimiliki oleh OSIS itulah, maka perlu adanya sebuah usaha untuk mengembangkan potensi dan kreativitas para anggotanya. Salah satu peran OSIS dalam mewujudkan fungsinya itu ialah mengadakan pengkaderan agar ddapat menghindari terjadinya lost generation
Pengkaderan yang dilaksanakan oleh OSIS SMPN 2 Darma dilaksanakan dalam bentuk Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa. Melalui kegiatan ini diharpkan calon Pengurus OSIS yang akan datang memiliki dedikasi dan integritas yang tinggi terhadap organisasi yang didiaminya. Untuk mewujudkan  hal ini di atas OSIS SMPN 2 Darma memandang perlu mengadakan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
NAMA KEGIATAN
Kegiatan yang dilaksanakan OSIS SMPN 2 Darma untuk mewujudkan harapan sebagaimana tertera pada Dasar Pemikiran di atas adalah Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS)
TUJUAN KEGIATAN
Tujuan yang hendak dicapai setelah mengikuti kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa adalah siswa diharpkan :
Mengerti dan memahami arti pentingnya suatu organisasi
Menumbuhkan sikap tanggung jawab an disiplin diri terhadap organisasi
Memperoleh bekal keterampilan dan pengetahuan dasar – dasar berorganisasi
Menanamkan sikap mandiri, tanggung jawab dan rasa memiliki yang kuat sebagai calon pemimpin dan anggota masyarakat
Mampu menerapkan suatu konsep keeffektifan dan keberhasilan suatu organisasi
MANFAAT YANG AKAN DIPEROLEH
Dari kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) akan diperoleh manfaat yang dapat dirasakan oleh calon pemimpin berupa penambahan wawasan, pemrolehan pengalaman pengembangan, minat, bakat dan jaminan masa depan
TEMA KEGIATAN
“ Menggali Potensi Menuju Citra Diri’
WAKTU PELAKSANAAN DAN TEMPAT KEGIATAN
Waktu Kegiatan         : Tanggal 18 Januari s.d 20 Januari 2010
Tempat Kegiatan         : Gedung SMPN 2 Darma Desa Karangsari Kecamatan Darma
                                    Kabupaten Kuningan
BENTUK KEGIATAN
Dalam Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) dilaksaakan bentuk – bentuk egiatan sebagai berikut :
Penyampaian Materi tentang :
Keorganisasian
AD / ART OSIS
Kepemimpinan
Teknik Berdiskusi
Rhetorika dan Protokoler
Teknik Pembuatan Proposal dan Pertanggungjawaban
Kesekretariatan
Tata cara Upacara Bendera
Dinamika Kelompok
Tata Cara Bersidang
Evaluasi
Demonstrasi
Simulasi
PESERTA
Peserta kegiatan ini adalah siswa – siswi SMPN 2 Darma kelas VIII yang telah lulus dalam tahap penyeleksian atau berdasarkan ketentuan lain yang mengesahkannya. Peserta seluruhnya berjumlah 42 orang dengan rincian sebagai berikut :
Peserta Laki – laki     : 21 orang
Peserta Perempuan     : 21 orang
PANITIA PELAKSANA
Pelaksana kegiatan ini adalah pengurus OSIS SMPN 2 Darma periode 2010– 2011 dengan komposisi kepnitiaan sebagaimana terlampir :
SUMBER DANA
Sumber dana kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) ini berasal dari
Dari BOS                   : RP. 1.510.000,-
JUMLAH    : Rp. 1.510.000,-
RINCIAN BIAYA
Biaya yang diperoleh dari sumber – sumber di atas dialokasikan untuk keperluan pengeluaran sebagai berikut :
Administrasi dan Kesekretariatan     : Rp.   350.000,-
Vakasi Pembimbing dn Instruktur    : Rp.   400.000,-
Konsumsi                : Rp.   450.000,-
Peralatan                 : Rp.   100.000,-
Dokumentasi                 : Rp.     80.000,-
P3K                    : Rp.    50.000,-
Biaya tak terduga            : Rp.     80.000,-
JUMLAH    : Rp. 1.510.000,-

PENUTUP DAN PENGESAHAN
Demikian proposal ini dibuat untuk dijadikan pedoman pelaksanan kegiatan. Hal – hal lain yang belum diatur dalam proposal ini akan dibuat kemudian




Ketua


..................................   



Mengetahui    Karangsari,   Januari 2010
PANITIA LDKS  OSIS SMPN 2 DARMA
Sekretaris


.............................   

                                                               Menyetujui
                                                      Kepala SMPN 2 Darma


                                                          ........................




SUSUNAN PANITIA LDKS OSIS SMPN 2 DARMA
TAHUN 2010

Pelindung        : 1. Kepala SMPN 2 Darma Kabupaten Kuningan
  2. Pembina OSIS SMPN 2 Darma
  3. Pembina Pramuka SMPN 2 Darma
Penanggung jawab     : Ketua OSIS SMPN 2 Darma
Panitia Pengarah (Staring Commitee)
Koordinator        : Titin
Anggota        : Enok
                                     Ati
                                     Asep
 Ade K
Panitia Pelaksana ( Organizing Commitee)
Ketua            : Yoga
Wakil Ketua        : Ayu
Sekretaris        : Pipit
Wakil sekretaris    : Suci
Bendahara        : Desi A

SEKSI – SEKSI
Konsumsi            : 1 Ikeu
                                     2 Neng Lia
Dekorasi/peralatan    : 1 Ramdan
                                      2 Yogi
                                      3 Hepi
Publikasi / Dokumentasi    : 1. Septi
                                     2. Sintya
P3K / K5            : 1.Meri
                                      2.Aning
                                                  3.Nia
Pengurus            : semua anggota OSIS 2009

DITETAPKAN DI : KARANGSARI – KUNINGAN
PADA TANGGAL :        JANUARI 2010
PENGURUS OSIS SMPN 2 DARMA

                            Ketua                                                                                     Sekretaris



                Yoga                                                                                          Pipit


Mengetahui
Pembina OSIS



Ugin Sugiono, S.Pd
NIP. 197411112008011003

SUSUNAN PANITIA / PEMBINA
LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN SISWA (LDKS)
 OSIS SMPN 2 DARMA KABUPATEN KUNINGAN




Pelindung        :   Kepala SMPN 2 Darma Kabupaten Kuningan
Penasehat        :   Wakil Kepala Sekolah
Penanggung jawab    :   Pembina OSIS SMPN 2 Darma
Panitia Pengarah (Staring Commitee)
Ketua            : Dodi Sobari, S.Pd
Sekretaris        : Diding Nurhayadi
Benfahara        : Nining, S.Pd
Anggota        : Deni Herdiana, S.Pd
                                     Yudi Wahyudi, S.Pd
                                     Agus Yudha, S.Pd

DITETAPKAN DI : KARANGSARI – KUNINGAN
PADA TANGGAL :        JANUARI 2010

 KEPALA SMPN 2 DARMA



(.....................................)




























DAFTAR PESERTA LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN SISWA (LDKS)
OSIS SMPN 2 DARMA


NO    NAMA                                  
                                      
                                      
                                      
                                   

Modul 2 cara belajar . dostoc.com



DAFTAR ISI

Daftar Isi       
Pengantar       
Petunjuk       
Standar Kompetensi    
Kompetensi Dasar       
Kemampuan Prasyarat    
Pretest        
Indikator Hasil        

Kegiatan Layanan :
 CARA BELAJAR 
1. Pengertian Belajar    
2. Gaya Belajar   
   
Post Test        
Penutup        
Daftar Istilah        
Daftar Pustaka         











A.    KATA PENGANTAR   
    Dalam pelayanan konseling, ada 9 jenis kegiatan layanan yaitu : 1).Layanan 2).Orientasi, 3).Informasi, 4).Penempatan dan Penyaluran, 5).Penguasaan Konten, 6).Konseling Perorangan, 7).Bimbingan Kelompok, 8).Konseling Kelompok, Konsultasi dan 9).Layanan Mediasi. Adapun bentuk kegiatan ada yang dilakukan secara : 1). invidual seperti  Konseling Perorangan, Konsultasi dan Mediasi, 2).kelompok seperti Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok, dan 3). klasikal seperti Layanan Orientasi, Informasi, Penempatan dan Penyaluran serta Layanan Penguasaan Konten.
    Modul Cara Belajar ini disusun untuk kegiatan yang dilakukan dalam bentuk klasikal yang terencana, berdasar pada needs assesment ( kebutuhan dan masalah konseli ).
    Dengan modul dengan topik bahasan Cara Belajar ini diharapkan dapat menjembatani para konseli dalam menemukan cara belajar yang efektif dan effisien.


B    PETUNJUK   
Petunjuk Bagi Konseli :
a.    Bacalah dengan baik dan pahami betul tujuan yang akan dicapai setelah membahas modul ini.
b.    Baca dengan seksama dan isi pretest yang ada.
c.    Pelajari seluruh materi  dan tanyakan apabila dirasa ada yang kurang jelas.
d.    Kerjakan tugas yang disediakan.
e.    Setelah selesai, cobalah menjawab pertanyaan yang ada dalam lembar evaluasi.
Petunjuk Bagi Konselor :
f.    Bacalah modul ini dengan seksama.
g.    Bimbinglah konseli  didalam mempelajari dan mengisi tugas-tugas yang ada.
h.    Berilah kesempatan pada konseli untuk bertanya.
i.    Berilah evaluasi dan  dokumentasikan hasilnya.
j.    Monitor dan catat kemampuan konseli dalam pelayanan dan berikan feedback.


C    TUGAS PERKEMBANGAN   

Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas

D    KOMPETENSI DASAR   

Mampu belajar secara optimal untuk menguasai semua materi pelajaran di SMA


E    TUJUAN LAYANAN   

Setelah mengikuti kegiatan layanan, siswa diharapkan mampu :
Mengenal konsep belajar secara benar
Mengerti dan memakai strategi yang dapat digunakan agar belajarnya efektif.
Dengan penuh kesadaran menerapkan dalam kegiatan belajarnya sendiri.


F    KEMAMPUAN PRASARAT   
   
Untuk mempermudah dan memperlancar membahas topik ini, diharapkan anda  telah mengetahui beberapa hal, misalnya tentang gaya belajar Anda dan gaya belajar teman Anda.


G    PRETEST   

Untuk mengetahui kemampuan awal Anda, jawablah pertanyaan dibawah ini:
Apa yang dimaksud dengan Cara Belajar
Bagaimana cara belajar Anda ?

H    INDIKATOR HASIL   

Setelah membahas topik ini, konseli dapat menemukan cara belajar yang efektif dan effisien.



I    KEGIATAN  LAYANAN   

MATERI DAN PENUGASAN

Pengertian Belajar    Belajar adalah melakukan pengamatan, membaca, menirukan, mencoba sesuatu, mendengarkan dan mengikuti suatu arahan.
Belajar adalah suatu perubahan penampilan/bentuk sebagai hasil dari latihan.
Belajar ditunjukkan dengan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku, yang didalamnya terdapat aktifitas-aktifitas melalui prosedur-prosedur pelatihan tertentu.

Belajar Efektif    Belajar dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai seimbang dengan usaha belajar yang dilakukan.

Gaya Belajar     Bobbi de porter dkk, menyatakan ada 3 gaya  belajar yaitu :
Gaya Belajar Visual
Belajar dilakukan dengan melihat. Belajar akan lebih bermakna jika materinya didukung oleh penampilan gambar yang warna-warni dan rapi.
Gaya Belajar Auditorial
Belajar dilakukan dengan mendengarkan, sehingga saat belajar (membaca) ia akan menggerak-gerakkan bibir atau berbicara dengan pola bermain.
Gaya Belajar Kinestetik
Belajar dilakukan dengan memadukan gerak dan perasaan. Ia akan menunjuk tulisan saat membaca, melakukan gerakan fisik, menyentuh orang disebelahnya bahkan mengingat sambil berjalan.

Tugas : 1

Berilah tanda angka 1 (satu) pada kotak yang sesuai untuk setiap pernyataan. Jumlahkan nilaimu untuk setiap bagian. Kemudian buatlah grafik batang dari hasil tersebut.
VISUAL

No    Pernyataan    Sering    Kadang2    Jarang      
1    Apakah anda rapi dan teratur?                  
2    Apakah anda berbicara dengan cepat?                  
3    Apakah anda perencana dan pengatur jangka panjang yang baik?                  
4    Apakah anda pengeja yang baik?                  
5    Apakah anda melihat kata-kata dalam pikiran anda?                  
6    Apakah anda lebih ingat apa yang dilihat daripada yang didengar?                  
7    Apakah anda menghafal dengan asosiasi visual?                  
8    Apakah anda sulit mengingat perintah lisan kecuali jika dituliskan , dan apakah anda sering meminta orang mengulang ucapannya kembali?                  
9    Apakah anda lebih suka membaca daripada dibacakan?                  
10    Apakah anda suka mencorat-coret selama menelpon/menghadiri rapat?                  
11    Apakah anda lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato?                  
12    Apakah anda lebih menyukai seni daripada musik?                  
13    Apakah anda tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak berfikir kata yang tepat?                  
    Sub Total                  
        X 2    X 1    X 0      
    Total per Baris                  
    Total Keseluruhan               
AUDITORIAL


No    Pernyataan    Sering    Kadang2    Jarang      
1    Apakah anda berbicara kepada diri sendiri saat bekerja ?                  
2    Apakah anda mudah terganggu keributan?                  
3    Apakah anda menggerakkan bibir/melafalkan kata saat membaca?                  
4    Apakah anda suka membaca keras-keras dan mendengarkan?                  
5    Dapatkah anda mengulang dan menirukan nada, perubahan, dan warna suara?                  
6    Apakah anda merasa menulis itu sulit, tetapi pandai bercerita?                   
7    Apakah anda berbicara dengan pola berirama?                  
8    Apakah menurut anda, anda adalah pembicara yang fasih?                  
9    Apakah anda lebih menyukai musik daripada seni?                  
10    Apakah anda belajar melalui mendengar dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat?                  
11    Apakah anda banyak bicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan panjang lebar?                  
12    Apakah anda lebih baik mengeja keras-keras daripada menuliskannya?                  
    Sub Total                  
        X 2    X 1    X 0      
    Total per Baris                  
    Total Keseluruhan               




KINESTETIK


No    Pernyataan    Sering    Kadang2    Jarang      
1    Apakah anda berbicara dengan lambat?                  
2    Apakah anda menyentuh orang untuk mendapatkan perhatiannya?                  
3    Apakah anda berdiri dekat-dekat saat berbicara dengan seseorang?                  
4    Apakah anda berorientasi pada fisik dan banyak bergerak?                  
5    Apakah anda belajar melalui manipulasi dan praktik?                  
6    Apakah anda menghafal dengan berjalan dan melihat?                  
7    Apakah anda menggunakan jari untuk menunjuk saat membaca?                  
8    Apakah anda banyak menggunakan isyarat tubuh?                  
9    Apakah anda tak bisa duduk tenang untuk waktu lama?                  
10    Apakah anda membuat keputusan berdasarkan perasaan?                  
11    Apakah anda mengetuk-ngetuk pena, jari atau kaki saat mendengarkan?                  
12    Apakah anda meluangkan waktu untuk berolahraga dan berkegiatan fisik lainnya?                  
    Sub Total                  
        X 2    X 1    X 0      
    Total per Baris                  
    Total Keseluruhan               




GRAFIK GAYA BELAJAR
Buatlah grafik berdasarkan hasil tes gaya belajar di muka


24                  
23                  
22                  
21                  
20                  
19                  
18                  
17                  
16                  
15                  
14                  
13                  
12                  
11                  
10                  
09                  
08                  
07                  
06                  
05                  
04                  
03                  
02                  
01                  
Total Nilai    Visual    Auditorial    Kinestetik   

Kesimpulan :  Jenis/tipe kemampuan ”gaya belajar” (daya tangkap/daya tanggap) saya ialah (yang skornya tertinggi.



Gaya belajar saya       


















Strategi Belajar    Agar kegiatan belajar efektif dan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu strategi tertentu. Artinya seseorang perlu menempuh dan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung keberhasilan belajarnya. Banyak strategi yang bisa dilakukan dalam belajar, salah satunya adalah KISS ME, yang merupakan singkatan dari langkah-langkah yang harus dilalui dalam kegiatan belajar seseorang, agar mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan.

Konsentrasi    Belajar yang efisien harus dilakukan dengan penuh konsentrasi, yang berarti perhatian dipusatkan pada apa yang sedang dipelajari dan perhatian tidak terbagi kemana-mana.
Intelegensi    Intelegensi/IQ itu bertingkat. Setiap tingkat memerlukan cara dan waktu belajar yang berbeda. Seseorang yang memiliki IQ tinggi mungkin belajar sebentar saja sudah mampu menguasai materi yang dipelajari sehingga waktu yang dibutuhkan relatif sedikit. Tetapi bagi yang IQ-nya rendah/sedang, harus lebih tekun dan melakukannya secara berulang-ulang. Jadi belajar harus disesuaikan dengan tingkatan IQ-nya.

Sarana    Belajar yang efisien memerlukan sarana yang memadai seperti buku, alat tulis, tempat belajar yang terang dan tenang, dsb. Tidak harus mahal, yang penting ada dan bisa digunakan. Tanpa ada sarana yang memadai biasanya akan muncul kesulitan pada saat belajar yang akan merusak konsentrasi yang sudah terbentuk.

Sistematis    Belajar sebaiknya tidak sembarangan, tapi perlu diatur secara sistematis. Sebelum memulai kegiatan belajar persiapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan, misalnya : alat tulis, buku, dsb sehingga ketika sedang belajar tidak harus mencari-cari lagi.
Perlu pula dipersiapkan materi apa yang akan dipelajari, akan dimulai dari mana, metode belajarnya hafalan atau perlu latihan-latihan, dan apa kegiatan selanjutnya selama waktu belajar yang telah ditetapkan. Dengan pengaturan yang sistematis maka konsentrasi yang sudah terbentuk akan tetap terjaga.

Manajemen    Kegiatan belajar harus dikelola secar baik, yaitu diatur kapan waktu yang tepat, berapa lama, apa saja yang diperlukan, apa yang sudah dimiliki, berapa banyak yang dimiliki, kapan waktu bermain, kapan waktu membantu orang tua, nonton TV, dsb. Semua dikelola sedemikian rupa sehingga waktu belajar dan semua sarana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.

Evaluasi    Untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan yang terjadi selama proses belajar, maka setiap usai belajar perlu dilakukan evaluasi/penilaian. Sampai seberapa jauh atau apa yang telah dikuasai dan mana yang belum dikuasai, dengan membuat pertanyaan sendiri dan dijawab sendiri. Kunci utama dalam evaluasi ini adalah bahwa jawaban dilakukan dengan penuh kejujuran. Jika hasilnya ternyata kurang memuaskan maka dibutuhkan kemauan untuk mengulangi bagian-bagian yang belum dikuasai.



Tugas : 2

Diskripsikan kegiatan belajar yang selama ini anda lakukan sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam KISS ME!


1    Agar belajar efektif dibutuhkan konsentrasi yang baik. Apa yang anda lakukan agar konsentrasi dapat tercipta pada saat belajar?




      
2    Bagaimana Intelegensi anda?
a.  Hasil tes IQ tanggal  :
     Score                        :
     Kategori                   : 
     Rekomendasi           :


b. Penilaian secara pribadi terhadap kemampuan intelektual anda selama ini :







      
3    Bagaimana sarana belajar yang tersedia di rumah anda? Jelaskan!







      
4    Bagaimana anda menyusun waktu dan program belajar anda? Jelaskan!







      
5







    Bagaimana anda memadukan tugas dan kewajiban sebagai anggota keluarga dengan tugas dan kewajiban sebagai pelajar yang mempunyai tugas belajar? Jelaskan!






      
6


    Bagaimana anda melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar anda selama ini? Jelaskan!







      
J    PENILAIAN SEGERA   

Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat.
Jelaskan pengetahuan yang Anda peroleh setelah mengikuti layanan informasi dengan topik Cara Belajar ini ?
Bagaimana kebiasaan belajar Anda selama ini ?


K    RANGKUMAN   

Cara belajar seseorang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, masing-masing individu harus berusaha menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya, sehingga akan memperoleh cara belajar yang efektif dan effisien.


L    DAFTAR ISTILAH   

Konselor :  Tenaga profesional yang bertugas memberi bantuan konseli dalam mengentaskan masalah dan mengembangkan diri.
Konseli    :  Peserta didik yang dilayani oleh Konselor.
Visual        :
Belajar dilakukan dengan melihat. Belajar akan lebih bermakna jika materinya didukung oleh penampilan gambar yang warna-warni dan rapi.
Auditorial        :
Belajar dilakukan dengan mendengarkan, sehingga saat belajar (membaca) ia akan menggerak-gerakkan bibir atau berbicara dengan pola bermain.
Kinestetik    :
Belajar dilakukan dengan memadukan gerak dan perasaan. Ia akan menunjuk tulisan saat membaca, melakukan gerakan fisik, menyentuh orang disebelahnya bahkan mengingat sambil berjalan.



M    DAFTAR PUSTAKA   

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2006 , Model Pengembangan Diri.
Bobbi De Porter dkk, 2001, Quantum Teaching, Bandung:Kaifa
The Liang Gie, 1995, Cara belajar yang efisien jilid 1, Yogyakarta : Liberty.
The Liang Gie. 1998. Cara belajar yang efisien jilid 11, Yogyakarta : PUBIB.



Sripsi J Rajab2 . dostoc

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Telah terjadi suatu fenomena, bahwa dalam suatu sekolah terdapat anak didik yang berprestasi tinggi dan anak didik yang berprestasi rendah. Namun disisi lain dari kedua fenomena diatas adalah adanya siswa sampai individu yang nakal, malas, serta masih banyak fenomena-fenomena yang terjadi pada.diri anak didik sebagai individu yang tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan individu telah menghiasi perilaku hidup dan kehidupannya, bahkan sampai terbawa kepada proses belajar mengajar di sekolah. Akibatnya lahir sejumlah anak-anak yang bermasalah, yang bila tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan dampak negative bagi diri, lingkungan dan masa depannya sendiri.
Menyikap hal seperti di atas, sebuah majalah dwi mingguan bernama WARTA (1992 H. 15) dengan sorotan pendidikan berjudul "Pembinaan Siswa Perlu digenjot", mengeluarkan hasil service terhadap siswa-siswi di Sulawesi Selatan mengenai anak bermasalah, diantaranya yang penulis kutip adalah "dari 100 sekolah di Sulawesi Selatan terdapat 40% siswa yang bermasalah " artinya bila dalam satu sekolah jumlah siswa 300 orang maka yang bermasalah adalah sebanyak 120 orang. Hal ini tidak bisa terbayangkan bagaimana nasib mereka bila hal tersebut tidak segera ditindaklanjuti oleh mereka yang berkompeten dibidang pendidikan. Adalah figur seorang guru yang dimana dalam .....................
keseharian yang berkompeten dibidang pendidikan. Adalah figur seorang guru yang dimana dalam kesehariannya berhadapan dengan para siswa, tentu hal seperti ini biasa terlupakan atau luput dari perhatian mereka. Hal ini dapat dimaklumi karena guru itu sendiri hanya mengejar target kurikulum, adapun daya serap biasanya dibuat diatas meja bagi sebagian personil guru tersebut.
Disisi lain, siswa bermasalah bisa dipacu prestasi belajarnya bila mereka dengan cepat teridentifikasi dan ditindaklanjuti. Bukan sekedar diketahui individu tertentu mengalami prestasi yang tidak maksimal, kemudian tidak dengan segera dicari penyebabnya.
Seperti lazimnya, telah diketahui bahwa siswa yang bermasalah memiliki cakupan definisi yang sangat luas, diantaranya salah seorang dosen STKIP saat memberikan pengantar kulian Model-Model Konseling (2006) mengatakan bahwa batasan siswa bermasalah terbagi atas tiga bagian besar yang saling berkaitan, yaitu :
a.    Siswa malas
b.    Siswa nakal
c.     Siswa bodoh (berprestasi dibawah rata-rata kelas)
(H. Muhammad Basri, bahan kuliah Model-Model Konseling 2006)
Faktor utama adanya siswa bermasalah bermula dari siswa malas, malas dalam arti tidak termotivasi untuk mengikuti rangkaian proses belajar mengajar di kelas maupun mengualangi pelajaran di rumah, yang kemudian berlanjut dengan membuat kegiatan seperti : mengganggu di kelas, menyontek, tidak menyelesaikan  latihan / tugas, yang   seterusnya  dapat  menimbulkan  kenakalan,
seperti : berontak, berkelahi, berbuat onar, yang pada akhirnya pelajaran bukan lagi menjadi suatu kebutuhan, namun berganti dengan kelakuan kasar dan ujung-ujungnya tidak merniliki prestasi, daya yang tinggi atau digelari dengan anak yang bodoh di kelas dan di sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka lahirlah siswa dengan predikat hodoh, siswa bodoh bagi sebagian tenaga pengajar hanya membuang waktu saja bila diladeni sehingga dipandang memerlukan seorang seorang tenaga profesional untuk menangani hal ini. Salah satu bidang yang menangani hal seperti diatas lazim disebut dengan tenaga bimbingan dan konseling atau guru BK di sekolah. Peranan guru bimbingan konseling adalah menetralisir gangguan-gangguan yang mungkin akan dan sudah terjadi siswa. Guru bimbingan konseling dengan segala pengetahuannya berusaha mengidentifikasi siswa, masalah siswa, mengadakan program bantuan, dan menindaklanjuti dengan pengayaan, percepatan, pemeliharaan akan hasil-hasil bimbingan sudah barang tentu hal ini adalah suatu tugas yang berat, apalagi di sekolah-sekolah hanya tersedia satu sampai dua orang saja tenaga bimbingan konseling. Bahkan yang lebih parah lagi ada sekolah yang tidak rnemiliki tenaga guru bimbingan koseling sama sekali. Namun, cukup diperankan oleh wali kelas masing-­masing yang sudah terbebani dengan kegiatan proses belajar mengajar setiap harinya.
Guru bimbingan konseling dalam peranannya menangani siswa, yang bermasalah, tentu beragam pula cara upaya dan penerapannya terhadap siswa tergantung kepada latar belakang pendidikan, sarana dan prasarana bimbingan,
dukungan pada lingkungan sckitarnya dan siswa itu sendiri. Sebagai satu simpulan kegiatan bahwa anak yang bermasalah dalam arti bodoh atau prestasi dibawah rata-rata kelas dapat ditangani suatu pembelajaran yang dinamakan pengajaran vemedial-remedial adalah teknik bimbingan belajar yang bersifat pengajaran khusus yang ditujukan untuk menumbuhkan atau memperbaiki sebagaian atau keseluruhan kesulitan belajar siswa.
Perbaikan dalam pengajaran remedial diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuatu dengan kemampuan masing-masing siswa dalam perbaikan seluruh proses belajar dan keseluruhan kepribadian siswa.
Jika demikian, diharapkan bahwa guru bimbingan bagi siswa bodoh, maka dipandang perlu untuk menggalinya lebih dalam lagi mengenai hal-hal ini melalui suatu rangkaian penelitian yang sistimatis dan terpadu agar dapat diketahui sejauh mana peranan guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial terhadap siswa bermasalah (bodoh atau berprestasi dibawah rata-rata kelas) di SMA Negeri I Sukamaju.

B.  RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka bila dikaitkan dengan penelitian yang akan dilakukan ini, maka dirasa perlu untuk membatasi permasalahan dengan maksud agar penelitian tidak melebar atau keluar jalur pembahasannya. Adapun batasan rumusan masalah pada penelitian ini berbunyi “Apakah ada remedial terhadap anak yang bermasalah di SMA Negeri 1 Sukamaju”.
C.     TUJUAN PENULISAN
Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1    Untuk mengetahui ada atau tidak peranan guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial terhadap anak yang bermasalah di SMA Negeri I Sukamaju.
2    Mengenal lebih jauh peranan seorang guru birnbingan konseling di sekolah.
3    Sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Sekolah Tinggi Keguruaan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Barru.

D.    MANFAAT PENELITIAN
Adapun yang menjadi manfaat pada penelitian ini adalah :
1    Para calon konselor sebagai bahan referensi tentang bagaimana peranan guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial terhadap siswa yang bermasalah, khusus bagi siswa yang bodoh di sekolah.
2. Para pengambil kebijakan dibidang pendidikan, khususnya para tenaga-tenaga supervisor, agar dapat mengambil nilai plus dari tulisan ini yang selanjutnya dituangkan ke dalam program kerjanya mengenai bimbingan pentingnya arti dan peranan seorang guru bimbingan konseling di sekolah.


E.    HIPOTESIS
Adapun bunyi hipotesis pada penelitian ini adalah ada peranan guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial terhadap anak yang bermasalah di SMA Negeri I Sukamaju.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Guru
Kata guru menurut kamus umum bahasa Indonesia berbunyi sebagai berikut: Guru adalah orang yang kerjanya mengajar seperti guru agama, guru Bantu, guru besar, maha guru, guru kepala dan guru mengaji (W.J.S Purwadarminta, kamus besar bahasa Indonesia, 1983 : 335).
Pengertian guru seperti disebutkan pada defenisi menurut kamus di atas, sebenarnya merupakan pengertian yang global. Namun untuk lebih mengkhusus pengertian kita tentang guru secara rinci, berikut disajikan defenisinya.
Guru adalah :
1.     Seorang anggota masyarakat yang berkompeten dan memperoleh kepercayaan untuk melaksanakan tugas pengajaran transfer nilai kepada murid.
2.     Suatu jabatan profesional melaksanakan atas dasar kode etik profesi.
3.     Suatu kedudukan fungsional melaksanakan tugas atau tanggung jawab sebagai pengajar, pemimpin dan orang tua (Abdurahman, Tugas dan Fungsi Guru, 1985 : 51)
Membaca defenisi di atas, sudah jelas bagi kita mengenai defenisi guru. Untuk lebih jelasnya, maka berikut ini akan dibahas mengenai guru dan keguruan itu sendiri.


l.     Profesi Keguruan
Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, seorang, sebab menduduki posisi yang sangat sentral. Oleh sebab itu guru sesuai dengan kedudukan jabatannya, adapun kedudukan jabatan guru itu adalah :
a.    Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual-intelektual berat kaum terpelajar atau cerdik pandai sehingga, dengan predikat sebagai kaum intelektual diharapkan guru selalu mengisi kehidupannya dengan usaha-usaha yang mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tercermin dari kegiatan pembelajaran membina, mendidik, melatih dan mengajar, serta senatiasa menambah ilmunya dengan membaca literatur-literatur ilmu pengetahuan.
b.    Jabatan yang meliputi batang tubuh yang khusus.
    Tidak semua lulusan sekolah lanjutan atas ataupun dari perguruan tinggi dapat diterima menjadi seorang guru. Hal ini dikarenakan oleh jabatan guru sangat memerlukan suatu pengetahuan khusus yang disebut dengan didaktetik metodik. Padahal pelajaran keilmuan tidak dipelajari di lembaga lainnya selain sekolah pendidikan guru (SPG)
c.    Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama. Spesifikasi dari adanya tugas mendidik, mengajar serta melatih, maka diperlukan waktu yang sangat lama untuk memperolehnya misalnya saja harus menempuh tiga tahun untuk sampai memiliki keterampilan dasar sebagai guru pratama dan empat tahun atau lebih dalam masa pendidikan, baru disandang sebagai guru, dewasa dalam hal menempuh jenjang pendidikan, Namun, bila bertugas di lapangan, maka masa latihan guru dari berpangkat ke guru pratama dua tahun, sedangkan ke guru dewasa membutuhkan waktu selama 16 tahun lamanya dengan system KPO. Namun, dengan system dapat dicapai dengan waktu delapan tahun saja.
d.     Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatannya, jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, karena hampir setiap tahunnya guru disamping melaksanakan tugas juga melakukan berbagai kegiatan latihan seperti pelatihan peningkatan mutu pendidikan kursus keguruan, penataran, simulasi, serta pengajaran yang kuat.
e.     Jabatan yang mempunyai organisasi yang kuat.
    Organisasi guru dikenal dengan nama ”Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)” organisasi lainnya adalah Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) sehingga dunia jabatan guru tumbuh dan berkembang dengan organisainya tersebut dengan kuat, untuk memperjuangkan kesejahteraan dan kemaslahatan pendidikan yang dirasa sangat mendesak sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman.

2.     Tugas dan Tanggung Jawab Guru
a.    Tugas guru
Jabatan guru mernpunyai banyak tugas, baik yang terkait dengan tugas kedinasan maupun di luar kedinasan dalam bentuk pengabdian menurut Moh. Ezer Usman, dalam bukunya profesi Pendidikan (1995 : 4), tugas guru itu ada tiga :
l .    Tugas guru dalam bidang profesi
    Untuk melaksanakan tugas guru secara profesional, seorang guru, diwajibkan memilki seperangkat kemampuan dasar profesional yang diperoleh oleh masing-masing guru untuk mengembangkan terus kemampuannya melalui belajar, serta kemampuan dalarn melaksanakan tugas untuk mengembangkan kopetensi kognetif-efektif dan psikomotor.
2.    Tugas guru dalam bidang kemanusiaan
    Dalam hal ini guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua, sehingga guru harus dapat menarik simpati para siswanya. Demikian mulia tugas guru karena semua perhatiannya difokuskan terhadap bagaimana mencerdaskan anak didik. Diberikan kedalam bentuk individu maupun kelompok dalam rangka untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan yang merupakan faktor utama dan usaha-usaha dari terpecahkannya suatu masalah dari dirinya sendiri. Membimbing dikategorikan dalam dua variable, yakni siswa yang sudah berprestasi yang dibantu melalui suatu "pengayaan”, sedangkan siswa yang berprestasi rendah dibantu melalui "Pengulangan dan Perbaikan".
3.    Jenis-jenis Guru
Tenaga kependidikan merupakan unsur terpenting dalam sistem pendidikan nasional yang diadakan dan dikembangkan untuk menyelanggarakan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan bagi peserta didik.
Berbagai hal berkenaan dengan tenaga kependidikan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, tentang sistem pendidikan nasional. Para tenaga kependidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah, dan pada semua jenjang pendidikan pra-sekolah. Para tenaga kependidikan yang dalam hal ini adalah guru dapat dibagi dalam jenis-jenis guru antara lain seperti telah dalam peraturan pemerintah Republik lndonesia Nomor 38 tahun 1992 tanggal 17 Juli 1992, tentang "Tenaga Kependidikan" sebagai berikut :
Bab I Ketentuan umum, pasal 1, disebutkan bahwa dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1.    Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam menyelenggarakan pendidikan.
2.    Tenaga pendidik adalah guru yang bertugas membimbing, mengajar, dan/atau melatih peserta didik.
3.    Tenaga pembimbing adalah guru yang bertugas utama membimbing peserta didik.
4.     Tenaga pengajar adalah guru yang bertugas utama membimbing peserta didik.

3.    Tugas Guru dalam kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat, karena faham dan ilmu yang dimilikinya. Terkadang karena kedudukannya di tengah-tengah masyarakat, maka guru menjadi panutan atau contoh suri tauladan bagi individu, sehingga sedikit saja bertindak negatif maka akan menyebar ke segenap lapisan masyarakat. Demikian pula dalam peran serta guru pada sektor pembangunan, guru merupakan anggota masyarakat yang aktif di struktur pemerintahan desa dan kelurahan, dimana ia tinggal dan bertugas. Diantaranya jabatan strategis tersebut adalah anggota Lembaga Masyarakat Desa (LMD), Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
b.    Tanggung Jawab Guru
Tugas dan tanggung jawab guru dibagi atas empat bagian besar yang diarahkan dalam rangka mencerdaskan anak dalam rangka mengembangkan manusia yang beriman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa (pasal Undang-undang nomor 2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional). Oleh karena itu tugas dan tanggung jawab guru adalah :
1.    Mengajar. Mengajar adalah, menularkan segenap ilmu dan pengetahuan sesuai dengan kehendak dan semangat kurikulum dan pengembangannya.
2.    Mendidik. Mendidik adalah membentuk sikap moral yang berbudi luhur tentang norma dan perilaku hidup dan kehidupan terhadap diri, keluarga dan masyarakat.
3.    Melatih. Melatih adalah mengembangkan pembiasaan dalam pembentukan sikap jasmani dan rohani yang positif ke arah pembentukan hidup sehat, dan mengasa keterampilan gerak tubuh dalam pembentukan manusia yang terampil.
4.    Membimbing. Membimbing adalah proses bantuan
5.    Tenaga pelatih ada guru yang bertugas utama melatih peserta didik.
Mencermati dan menindaklanjuti Peraturan Pemerintah di atas, maka oleh Badan Admnistrasi Kepegawaian Negera bekerjasama dengan Departemen Tenaga dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdiknas sekarang) mengadakan kerjasama antara Departemen Pendidkan dan Kebudayaan melalui Badan Administrasi Kepegawaian Negara dengan Depertemen Tenaga Kerja Republik Nomor : 076/U/1993, Nomor : Kep.215/MEN/1993, tentang Pembentukan Bursa Kerja dan Pemanduan Bursa Kerja disatuan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, sehingga lahirlah jenis guru sebagai berikut :
a.    Guru mata pelajaran/bidang studi.
b.    Guru wali kelas.
c.    Guru bimbingan dan penyuluhan (sekarang Bimbingan Konseling).
d.    Guru pembimbingan sekolah luar biasa.
e.    Dosen dan tenaga kependidikan warga negara negara asing.
f.    Penetapan teknologi Bandung.

B.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
l.    Bimbingan
Konsep kata bimbingan berasal dari kata "guidance". Guidance dalam memiliki pengertian yang sangat luas, sehingga kata quidance dalam bimbingan pendidikan selalu didefenisikan berdasarkan pada sudut pandang dari para ahli serta penerapannya.
Untuk lebih jelasnya pengertian kita tentang bimbingan, maka berikut dikutip pendapat para ahli sebagai berikut :
Mortenson dan Schmuller, 1978 (dalam Pengantar Dasar Bimbingan dan Konseling) mengatakan :
Tercapainya tujuan dari bimbingan menurut kerja sama yang baik antara staf dan sekolah, yaitu guru konselor, dokter, pekerja sosial, psikologi dan kepala sekolah (Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan konseling, 1992 : 40)
Stone dan Shertzer, merumuskan bimbingan sebagai "Process of helping individuals to understand them selves and their word" (proses pemberian bantuan kepada seseorang untuk mengerti masalah dan dunianya).
Sedangkan kurikulum 1975, pengertian bimbingan sebagai berikut : Suatu proses bantuan yang diberikan kepada para siswa dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahkan dari, dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan sekolah, keluarga dan masyarakat. (Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling 1992: 40).
Dari defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan memiliki beberapa kata-kata kunci dengan arti sebagai berikut :
a.    Klien
Individu yang normal yang membutuhkan bantuan dalam proses perkembangannya.
b.    Konselor
Individu yang ahli dan mau memberikan bantuan klien, bisa juga dalam bentuk sebuah tim : guru konselor, psikologi, dokter, perawat, dan kepala sekolah.
c.    Usaha Bantuan
Kegiatan proses untuk menambah, mendorong, merangsang, mendukung, menyentuh, menjelaskan, agar individu dapat tumbuh dari kekuatannya sendiri.
d.    Tujuan bimbingan
Sebagai hasil proses untuk menemukan diri dan dunianya sehingga individu dapat memilih, merencanakan memutuskan, memecahkan masalah, menyesuaikan secara bijaksana, dan berkembang sepenuhnya kemampuan dan kesanggupannya, serta dapat memimpin dirinya sendiri sehingga individu dapat menikmati kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya dan produktif bagi lingkungannya.

a.    Jenis-Jenis Bimbingan
Jenis jenis bimbingan dapat dibagi atas tiga bagian, yakni :
1.    Bimbingan pekerjaan
2.     Bimbingan pendidikan
3.     Bimbingan pribadi
Adapun penjelasan dari masing-masing jenis bimbingan tersebut adalah :
a.  Bimbingan pekerjaan   
Bimbingan pekerjaan merupakan kegiatan bimbingan yang pertama, yang dimulai oleh Frank Parsons pada tahun 1908 di Boston Amerika Serikat. Asal mula dari bimbingan pekerjaan ini dirintis oleh Departemen Tenaga Kerja di negara ini untuk terjun di tengah-tengah masyarakat.
Istilah bimbingan pekerjaan mulai digeser oleh pemakaian istilah bimbingan jabatan, yang kemudian beralih kepada nama bimbingan karier sejak dilangsungkannya konfrensi ARAVEG (Asian Regional Association for Vocational and Education Guidance) di Jakarta 1983, yang selanjutnya diadakan simposuim yang menghasilkan rumusan konsep bimbingan jabatan sebagai berikut :
"Bimbingan jabatan adalah proses bantuan terhadap seseorang sehingga orang tersebut mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerjanya, serta mempertemukan keduanya, yang akhirnya dapat mempersiapkan diri dan memasuki bidang tertentu dan membinanya dalam bidang pekerjaan tersebut"
(Yusuf Gunawan, Pengantar bimbingan dan konseling, 1992 : 48)
b.    Bimbingan Pendidikan
Defenisi tentang bimbingan pendidikan telah diberikan oleh sebanyak ahli, diantaranya :
J.D. Hoofengarder (dalam pengantar Dasar Bimbingan dan Konseling) mengatakan :
Bimbingan pendidikan sebagai bagian integral dari program sekolah yang ditujukan untuk mengembangkan dan menggunakan kamampuan-kemampuan sehingga mereka dapat memperoleh nilai maksimal dalam pendidikan formalnya. (Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling 1992 : 47).
Dari defenisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang bimbingan pendidikan, yaitu : bantuan yang diberikan kepada anak dalam bimbingan dapat berupa informasi pendidikan, cara belajar, pemilihan jurusan lanjutan sekolah, mengatasi belajar, mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan atau membuat siswa dapat sukses belajar dan mampu menyesuaikan dari terhadap semua tuntutan sekolah.
c.     Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi adalah memberikan bantuan kepada siswa untuk mengembangkan hidup peribadinya seperti motivasi, persepsi tentang diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral/agama dan sosial dalam diri, kemampuan mengerti dan menerima diri dan orang lain, serta membantunya untuk memecahkan masalah-masalah pribadi yang ditemuinya.
2.     Pengertian Konseling
Kata konseling berasal dari bahasa Inggris, yaitu "counseling”, yang berarti "Penyuluhan". Namun, kata penyuluhan itu sendiri sedemikian luas artinya, sehingga untuk lebih membuat agar spesifikasi lagi, maka berikut disajikan defenisi tentang konseling itu sendiri yaitu :
F.P. Robinson (dalam bimbingan konseling di sekolah lanjutan) mengatakan :   
Konseling mencakup semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana seorang adalah klien dibantu untuk dirinya sendiri dan lingkungannya. (Abu Ahmad dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di sekolah lanjutan, 1991 : 25)
Back (dalam Bimbingan dan Konseling di sekolah lanjutan) mengemukakan pendapatnya tentang konseling sebagai berikut :
a.    Konseling mengandung arti sebagai bantuan kepada individu untuk menyesuaikan diri dalam situasi kritis
b.     Konseling adalah membantu individu untuk menyatakan dirinya ke dalam suatu pemecahan masalah yang rumit untuk mempengaruhi perubahan sebagian besar dari tingkah laku klien secara suka rela.
c.    Konseling diartikan sebagai proses hubungan antara dua orang, dimana yang satunya dibantu dengan yang lainnya untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
C.    Pengertian Pengajaran Remedial
Dari semua teknik bimbingan belajar yang ada, pengajaran dengan tugas guru di sekolah. Hal ini disebabkan karena pengajaran remedial merupakan tehnik pengajaran khusus yang ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi siswa kemampuan masing-masing melalui perbaikan seluruh proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian siswa.
1.    Prinsip-prinsip pengajaran Remedial
Agar pengajaran remedial dapat dipersiapkan dan dilaksanakan dengan tepat, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip dari pengajaran remedial itu sendiri.
Adapun prinsip-prinsip pengajaran remedial adalah sebagai berikut :
1.    Langkah pertama adalah perbaikan faktor-faktor fisik yang mempengaruhi prestasi belajar, seperti gangguan pandangan dan penglihatan.
2.    Diperlukan kerja sama dengan para orang siswa dalam memperbaiki faktor yang memungkinkan kesulitan­-kesulitan terjadi dalam belajar siswa
3.     Kalau siswa memperlihatkan keinginan belajar yang rendah, maka langkah yang mendesak adalah langkah perbaikan sikapnya itu dulu, dengan memberikan kegiatan yang dapat menimbulkan perasaan sukses, bangga, kesempatan, mengembangkan minat atau keterampilan lainnya.
4.     Dilakukan analisis bersama tentang kekuatan dan dibutuhkannya, dan memperlihatkan bagaiman bahan pengasaran dirancang pula perbaikan kekurangannya.
5.     Pengajaran harus dimulai pada tingkatan yang agak rendah yang sesuai dengan tingkatkan belajar siswa sekarang. Tujuan-tujuan jangka pendek harus dikembangkan pada pelajaran yang berharga dan dipandang mampu untuk dicapai.
6.     Karena pengajaran remedial biasanya dikembangkan atas dasar diagnosis tentatif, maka guru harus bersedia merubah programnya tidak efektif.
7.     Dilakukan pencatatan diagosis dari setiap siswa, bahan dan metode yang digunakan, dan hal-hal pengajaran remedial.

2.    Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan konseling belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostic kesulitan belajar siswa. Adapun tahapan-tahapan dari pengajaran remedial adalah sebagai berikut :
a.    Layanan bimbingan bersifat-bersyarat
b.     Pelaksanaan pengajaran remedial
c.     Pengukuran kembali hasil belajar
d.     Pemberian tugas-tagas tambahan

3.    Strategi Pelaksanakan Pengajaran Remedial
Ada tiga strategi utama dalam pelaksanakan pengajaran remedial. Menurut Entent M (1981 : 23), strategi pengajaran meliputi :
a.    Strategi yang bersifat Kuratif
Dilaksanakan setelah selesainya program proses belajar mengajar utama diselenggarakan. Dalam hal ini program proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai program untuk tiap pertemuan, untuk satu unit bahan pelajaran. Sasaran pendekatan kuratif adalah siswa yang berprestasi dibawah rata-rata kelas diusahakan agar prestasinya dapat meningkatkan atau lebih optimal.
 Selanjutnya, siswa memperoleh prestasi sedang dapat lebih disempurnakan atau diperkaya, dan yang sudah berprestasi tinggi diberikan tambahan tambah ajaran yang lebih tinggi tingkatanya, untuk mencapai sasaran ini dapat ditempuh dengan cara pengulangan, pengayaan, pengukuhan dan percepatan
b.     Strategi yang bersifat preventif
Strategi ini ditujukan kepada siswa tertentu yang diduga kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu. Sasaran pokok dari strategi ini adalah berusaha menghindari hambatan dalam mencapai kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Kalau strategi kuratif bertolak dari hasil, maka strategi preventif bertolak dari prestasi. Untuk mencapai sasaran dari strategi ini, dapat ditempuh dengan layanan sasaran kelompok homogen individual dengan dilengkapi kelas khusus remedial dan pengajaran.
c.     Strategi yang bersifat pengembangan
Strategi yang bersifat pengembangan adalah tindak lanjut dan upaya diagnosis yang dilakukan guru selama berlangsungnya proses belajar mengajar, sasarannya adalah agar siswa segera mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin dialaminya selama melakukan kegiatan proses belajar-mengajar, yang pada akhirnya siswa diharapkan akan menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
                                                                                










BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Populasi dan Sampel
1)    Populasi
Banyak para ahli yang mengemukakan pengertian populasi, diantaranya Suharsini Arikunto mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsini Arikunto prosedur penelitian, 1991 : 102). Sesuai pendapat tersebut, berarti bahwa semua subjek penelitian itu merupakan populasi.
Pengertian lain mengenai populasi diutarakan oleh Soedjono, bahwa populasi adalah :
Totalitas suatu nilai yang mungkin hasil menghitung atau mengukur kuantitatif kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas, yang dapat dipelajari sifat­sifatnya. (Soedjono, Statistik Pendidikan, 1985 : 5)

Dari batasan di atas, menunjukkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti baik sifat kualitatif, kuantitatif dengan karakteristik yang menjadi ciri dari objek tersebut.
Bila dikaitkan dengan penelitian yang akan dilakukan ini, maka populasi penelitian ini siswa kelas II dan kelas III SMA Negeri 1 Sukamaju.
Untuk lebih jelasnya mengenai populasi tersebut, meliputi jumlah guru ditambah dengan jumlah total populasi siswa, maka menjadi 40 + 535 = 575.

2)     Sampel
Yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi (Sutrisno Hadi, statistik 2, 1989 : 221).
Definisi lain tentang sampel dikemukakan oleh Suharsini Arikunto, bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, 1989 : 93)
Dalam pengambilan sampel, haruslah diteliti dengan cermat, tepat, agar sampel yang diambil betul-betul akan diperoleh sampel yang dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya. Pada garis besarnya, ada 2 macam sampling yaitu :
a.     Yang memberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih yang disebut "probability sampling"
b.     Yang tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi yang dipillih yang disebut dengan "non probability sampling" Bila dikaitkan dengan rencana penelitian yang dilakukan ini, maka akan mengacu pada unsur non probability dengan alasan bahwa judul yang merupakan intisari dari dilaksanakannya penelitian ini menghendaki agar yang diteliti adalah anak yang bermasalah berprestasi di bawah rata-­rata kelas) sebagai variabel terkait. Berikut ini keadaan populasi penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 1.


Tabel 1
Keadaan Populasi Guru
Pada SMA Negeri 1 Sukamaju


No    Guru    Jenis Kelamin    Jumlah      
        Laki-laki    Perempuan          
1    Guru Kelas I, II, III    27    13    40 orang   
Sumber : Papan potensi keadaan guru tahun 2007/2008

Tabel 2
Keadaan Populasi Siswa Kelas II & III
Pada SMA Negeri 1 Sukamaju


No    Kelas    Jenis Kelamin    Jumlah      
        Laki-laki    Perempuan          
1
2    Kelas II
Kelas III    120 orang
130 orang    150 orang
135 orang    270 orang
265 orang      
    Jumlah    250 orang    285 orang    535 orang   

Membaca dan menganalisa tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa besarnya populasi pada penelitian ini adalah : guru laki-laki sebanyak 27 orang, guru perempuan sebanyak 13 orang sehingga total populasi guru adalah 40 orang. Sedangkan populasi siswa adalah jumlah siswa kelas II dan kelas III. Jumlah siswa kelas II sebanyak 270 orang, jumlah siswa kelas III sebanyak 265 orang. Total keseluruhan siswa sebanyak 535 orang.
Sesuai data yang diperoleh melalui pendekatan dokumentasi, yaitu membuka data laporan pendidikan siswa, daftar nilai wali kelas, sehingga diperoleh sejumlah siswa yang bermasalah dengan kriteria bahwa prestasi belajar yang berhasil diperolehnya dibawah atau berada pada kisaran angka 5,00.
Sedangkan pihak guru dijadikan sampel dimaksudkan sebagai faktor penguat dari siswa karena yang akan diteliti secara mendalam adalah peranan guru Bimbingan Konseling dalam menangani siswa berprestasi rendah.
Jadi sampel pada penelitian ini adalah sejumlah guru bidang studi dan siswa berprestasi rendah dibawah rata-rata kelas, lebih jelasnya mengenai keadaan sampel guru dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3
Keadaan Sampel Guru
Pada SMA Negeri 1 Sukamaju


No    Kelas    Jenis Kelamin    Jumlah      
        Laki-laki    Perempuan          
1    Kelas I, II, III    27 orang    13 orang    40 orang      
    Jumlah    27 orang    13 orang    40 orang   
Sumber : Daftar hadir guru


Tabel 4
Keadaan Sampel Siswa Kelas II & III
Pada SMA Negeri 1 Sukamaju


No    Kelas    Jenis Kelamin    Jumlah      
        Laki-laki    Perempuan          
1
2    Kelas II
Kelas III    20 orang
17 orang    16 orang
7 orang    36 orang
24 orang      
    Jumlah    37orang    23 orang    60 orang   
Sumber : Hasil pendekatan dokumentasi, buku laporan pendidikan

Membaca dan menganalisa isi dari tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini adalah : dari kelompok guru berjumlah 40 orang sedangkan dari siswa sebanyak 60 orang. Total sampel adalah sebanyak 100 orang.

B.    Teknik Penelitian
1)     Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data penelitian adalah agar dapat dikumpulkan sejurnlah informasi-informasi atau data tertentu yang akan digunakan kepada arah tujuan penelitian, agar dapat dengan mudah dilakukan suatu interprestasi, pembacaan, penganalisaart dan dalam rangka pengelolaan data dengan sangat akurat dan signifikan.
Seperti telah diketahu, bahwa banyak cara yang dapat dipergunakan dalam mengumpulkan data, antara lain sebagai berikut :
a. Angket
b. Dokumentasi
c. Wawancara
d. Observasi
e. Proveksi, dan masih banyak lagi lainnya.
Namun, dalam penelitian tidak semua teknik pengumpulan data tersebut dipergunakan sekaligus dalam kegiatan penelitian. Tetapi cukup dipilih berdasarkau kehendak dan sifat penelitian yang hendak dicapai.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan adalah :

1)     Dokumentasi
Dokumentasi adallah suatu instrumen yang berfungsi untuk menyelidiki benda-benda tertulis (bukti-bukti) seperti : buku laporan pendidikan, daftar nilai siswa, catatan anekdote, perkembangan siswa, identifikasi siswa.
2)     Angket (quesioner)
Angket adalah lembaran-lembaran pertanyaan tertulis yang diedarkan kepada sampel atau responden untuk dijawab berdasarkan dengan apa yang di alami, dengan struktur pertanyaan yang mengarah kepada permasalahan penelitian dan arah, serta kehendak variabel yang akan diteliti.
Adapun jenis angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
a)    Ditinjau dari cara memberikan jawaban, maka angket yang digunakan adalah angket tertutup, karena peneliti sudah menyiapkan jawaban sehingga responden tinggal membubuhkan tanda jawaban kepada arah pilihan sesuai dengan apa yang telah dialaminya.
b)     Ditinjau dari sudut jawaban yang diberikan, maka jenis angket ini adalah angket langsung dan tidak langsung karena jawaban yang disedial:an adalah jawaban tentang diri guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial.


c)     Ditinjau dart sudut bentuknya, maka angket yang digunakan adalah angket pilihan ganda, karena jawaban yang digunakan atau disediakan adalah pilihan dari salah satu jawaban yang ada.
Sebelum lembaran pertanyaan pada angket disusun, maka terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi angket. Penyusunan kisi-kisi angket ini mengacu kepada variabel-variabel penelitian, yaitu peranan guru bimbingan konseling daiarn pengajaran remedial, sebagai variabel bebas dan penanganan siswa bermasalah (bodoh atau berprestasi di bawah rata-rata), sebagai variabel terikat.
Hal ini dimaksudkan agar alur angket yang akan dibuat tidak melenceng atau melebar tak tentu arak sifat pertanyaan yang diajukan di dalamnya, sehingga dapat diperoleh sejumlah jawaban pasti yang memudahkan dalam menginterprestasikan ke dalam pengelolaan dan analisis data pada kegiatan penelitian yang dilakukan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kisi-kisi yang dimaksud, dapat dilihat pada tabel berikut :



Tabel 5
Kisi-Kisi Angket
Untuk Responden

No    Variabel Penelitian    Indikator    No. Soal      
1


2



3






4    Pelaksanaan tugas bimbingan konseling

Bidang tugas guru bimbingan konseling


Prosedur bimbingan konseling remedial





Hasil yang ingin dicapai    Aktif melaksanakan tugas

Mengidentifikasi jenis masalah siswa di sekolah

Menangani siswa
bermasalah (berprestasi di bawah rata-rata kelas)
Memberikan pengajaran remedial

Meningkatkan prestasi anak bermasalah (berprestasi rendah) setelah pengajaran remedial

Menekan siswa bermasalah dalam kuantitas    1.2


3.4


5.6






7.8





9.10   
Sumber data: Masri Singaribuan (metode penelitian survey, 1998: 155)
Responden berikutnya adalah siswa yang terjaring dalam dokumentasi data sebagai siswa yang bermasalah atau berprestasi di bawah rata-rata kelas, yang dipatok dengan perolehan nilai di bawah 5,00 akan diberikan pula sejumlah angket yang kisi-kisinya sebagai berikut :




Tabe1 6
Kisi-Kisi Angket
Responden Siswa


No    Variabel Penelitian    Indikator    No. Soal      
1

2


3    Pelaksanaan tugas bimbingan konseling
Bidang tugas bimbingan konseling

Hasil yang ingin dicapai    Aktif melaksanakan tugas
Merencanakan pengajaran remedial setelah evaluasi
Memberikan pengajaran remedial dengan berkelompok atau individu
Mengadakan tindakan berlanjut
Prestasi anak berprestasi rendah meningkat.
    1.2

3.4


5.6



7.8


9.10   
3)     Wawancara
    Wawancara merupakan salah satu bentuk instrumen yang sering digunakan dalam sebvah penelitian metode wawancara digunakan dengan maksud untuk memperoleh data atau keterangan secara langsung dari responden ataupun bentuk-bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara terpimpin karena pelaksanaan wawancara telah dipersiapkan sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci, seperti tertera pada bagian lampiran skrisi ini.




4)     Tahapan pelaksanaan penelitian
Pada tahapan-tahapan penelitian akan ditempuh dua cara yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.    Penelitian kepustakaan
Dalam penelitian kepustakaan ini, peneliti akan menghimpun sejumlah data-data tertulis yang bersumber dari buku-buku, majalah, kamus. Dokumen-dok:umen yang berhubungan dengan judul skripsi ini, dengan mengutip secara langsung maupun tidak langsung.
b.    Penelitian lapangan
Pada tahapan penelitian lapangan akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :


1)     Dokumentasi
Pendokumentasian dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2007 di SMA Negeri 1 Sukamaju dengan membuka buku laporan pendidikan siswa, buku daftar nilai wali kelas, guru bidang studi, dan catatan lain yang berhubungan dengan prestasi siswa di sekolah. Hasil dokumentasi tertera seperti dalam jumlah sampel yang terjaring dalam penelitian ini, dengan memperhatikan nilai perolehan prestasi siswa dengan dasar 5.00.

2)     Angket
Angket untuk responden diedarkan untuk mengetahui peranan bimbingan konseling dalam pengajaran remedial instrumen ini terbagi dalam dua karakteristik, yaitu angket untuk para staf pengajar (guru kelas dan guru bidang studi) dan angket untuk siswa yang bermasalah.

3)     Wawancara
Metode pengumpulan data dengan wawancara dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2007 yang selanjutnya akan diadakan perhitungan dan penulisan setelah semua data telah menjadi rampung.

2)     Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan menganalisa membaca, dan mengiterpretasikan sejumlah data-data yang telah rampung masuk pada langkah pengumpulan data.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka data-data yang akan disajikan adalah hasil tanggapan responden guru dan siswa sebagai sampel dalam penelitian ini mengenai peranan guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial terhadap penanganan siswa bermasalah (berprestasi di bawah rata-rata kelas).

Tabel 7
Tanggapan Reponden Guru Terhadap Guru Bimbingan Konseling Dalam Keaktifannya Melaksanakan Tugas di SMA Negeri 1 Sukamaju


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2
3    Ya
Tidak pernah
Kadang-kadang    40 orang
-
-    100 %      
    Jumlah    40 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden guru nomor 1 dan 2.

Tabel 8
Tanggapan Reponden Guru Terhadap Guru Bimbingan Konseling Dalam Keaktifannya Melaksanakan Tugas di SMA Negeri 1 Sukamaju


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2
3    Ya
Tidak pernah
Kadang-kadang    2 orang
19 orang
1 orang    50 %
47,5 %
2,5 %      
    Jumlah    40 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden guru nomor 3 dan 4.


Tabel 9
Tanggapan Reponden Guru Terhadap Guru Bimbingan Konseling Mengenai Penanganan Siswa Yang Berprestasi Rendah di SMA Negeri 1 Sukamaju


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2
3    Ya
Tidak pernah
Kadang-kadang    29 orang
-
11 orang    72,5 %
-
27,5 %      
    Jumlah    40 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden guru nomor 5 dan 6.
Tabel 10
Tanggapan Reponden Guru Terhadap Guru Bimbingan Konseling Terhadap Hasil Yang Ingin Dicapai dalam Pengajaran Remedial Bagi Siswa
Yang Berprestasi Rendah


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2
3    Tinggi
Cukup
Rendah    17 orang
18 orang
5 orang    42,5 %
45 %
12,5 %      
    Jumlah    40 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden guru nomor 7 dan 8.

Tabel 11
Tanggapan Reponden Guru Tentang Hasil Bimbingan Konseling yang Dapat Menekan Masalah Siswa Dalam Kuantitas


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2    Ya
Tidak    25 orang
15 orang    62,5 %
37,5      
    Jumlah    40 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden guru nomor 9 dan 10.

Pada penyajian data, berikut ini disajikan sejumlah data hasil angket dari responden siswa mengenai peranan guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial dalam menangani siswa bermasalah (berprestasi di  bawah rata-rata kelas) SMA Negeri 1 Sukamaju selanjutnya disajikan sebagai berikut :
Tabel 12
Tanggapan Reponden Siswa Mengenai Keaktifan Guru Bimbingan Konseling Dalam Melaksanakan Tugas di SMA Negeri 1 Sukamaju


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2
3    Ya
Tidak pernah
Kadang-kadang    45 orang
3 orang
12 orang    75 %
5 %
20 %      
    Jumlah    60 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden siswa nomor 1 dan 2.

Tabel 13
Tanggapan Reponden Siswa Terhadap Guru Bimbingan Konseling Dalam Merencanakan Pengajaran Remedial Setelah Evaluasi


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2
3    Ya
Tidak pernah
Kadang-kadang    50 orang
3 orang
7 orang    83,3 %
5 %
11,7 %      
    Jumlah    60 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden siswa nomor 3 dan 4.

Tabel 14
Tanggapan Reponden Siswa Terhadap Guru Bimbingan Konseling Dalam Melaksanakan Pengajaran Remedial Terhadap Siswa Berprestasi Rendah
di SMA Negeri 1 Sukamaju


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2
3    Ya
Tidak pernah
Kadang-kadang    32 orang
-
28 orang    53,3 %
-
46,7 %      
    Jumlah    60 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden siswa nomor 5 dan 6.




Tabel 15
Tanggapan Reponden Siswa Terhadap Guru Bimbingan Konseling Dalam Tugasnya Melaksanakan Tindak Lanjut Seperti Percepatan dan Pemeliharaan


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2
3    Ya
Tidak pernah
Kadang-kadang    32 orang
9 orang
19 orang    53,3 %
15 %
31,7 %      
    Jumlah    60 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden siswa nomor 7 dan 8.

Tabel 16
Tanggapan Reponden Siswa Terhadap Guru Bimbingan Konseling Mengenai Peningkatan Prestasi Siswa Sebagai Hasil
Pengajaran Remedial


No.    Jawaban Responden    Frekuensi    Persen      
1
2
3    Tinggi
Cukup
Rendah    47 orang
10 orang
3 orang    78,3 %
16,7 %
5 %      
    Jumlah    60 orang    100 %   
Sumber data: Tabulasi hasil angket untuk responden siswa nomor 9 dan 10.

3)     Pengolahan Data
Data yang dikurnpulkan di dalam penelitian ini bersifat deskriftif. Sedangkan proses anaiisa data dapat dilakukan untuk mengolah data-data menjadi susunan pembahasan, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a.     Persiapan
b.    Tabulasi
c.    Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
    Untuk lebih jelasnya, maka langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1)     Persiapan
Kegiatan dalam rangka persiapan ini antara lain:
a.    Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden
b.    Mengecek kelengkapan data, yakni jawaban jawaban dari responden.
2)    Tabulasi
Pada langkah tabulasi ini, peneliti rnembuat tabei frekuensi dengan cara "tabulasi langsung" yakni pentabulasian dari jawaban angket (kuisioner) ke dalam kerangka tabel yang telah disediakan tanpa perantara. lainnya dengan menggunakan pengerjaan melalui sistem lidi (tali).
3)     Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti adalah rizet deskriptif eksploratif. Hal ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan dimana dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui peranan guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial terhadap anak yang bermasalah (kurang/berprestasi di bawah rata-rata kelas) yang akan diuraikan secara :
a.     Kualitatif
Yakni penerapan peranan guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial, yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, kemudian ditarik suatu kesimpulan.

b.     Kuantitatif
Yaitu data yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Dari hasil perhitungan jawaban yang sangat homogen yang diteruskan dengan diperolehnya "prosentase” ke dalam suatu tabulasi langsung dapat diperoleh rumus :
F
N

P =       x 100 %

Dalam hal mana :
P     : Perolehan
F    : Frekuensi
N    : Jumlah individu
(Sutrisno Hadi, Metodologi Research untuk penulisan paper, tesis, dan desertasi, 1997: 223).
    Setelah data kualitatif dirampungkan, maka selanjutnya peneliti menafsirkan kembali dengan kalimat yang bersifat kualitatif, seperti berikut ini :
(1) Bila perolehan 76% sampai dengan 100 % berkategori baik
(2) Bila perolehan 56% sampai dengan 75 % berkategori cukup
(3) Bila perolehan 45% sampai dengan 55% berkategori kurang baik
(4) Bila perolehan di bawah 40% berkategori tidak baik


4)     Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan prosentase. Hasil analisis data dilengkapi dengan grafik batang yang disajikan sebagai berikut :
a)    Tanggapan responden guru terhadap guru bimbingan konseling di dalam keaktifannya melaksanakan tugas di SMA Negeri 1 Sukamaju.
    Mengacu pada hasil jawaban reponden guru, seperti diuraikan pada tabel 7 di atas dari 40 orang guru yang memberikan jawaban, 40 orang atau 100% menjawab ya, sedangkan yang menjawab tidak pernah dan kadang-kadang tidak ada atau 0%. Jika data ini dikualitatifkan, maka hal ini berarti guru bimbingan konseling di SMA Ngeri 1 Sukamaju aktif melaksanakan tugas. Hal tersebut dapat dipertegas dari hasil wawancara dengan kepala sekolah yang mengatakan bahwa :
Pada dasarnya, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab guru bimbingan konseling di sekolah ini sudah dilaksanakan sesuai dengan semestinya, termasuk menangani siswa yang berprestasi rendah.
Untuk melengkapi kejelasan hasil analisis data kualitatif dan kuantiftatif di atas maka ini hasil prosentasi yang disajikan dalam grafik batang.




Grafik 1
Keaktifan Guru Bimbingan Konseling SMA Negeri 1 Sukamaju
100 %
Ya
100 %

90 %
80 %

70 %
60 %

50 %

40 %
30 %

20 %

10 %
00 %


Tidak pernah
Kadang-kadang

Sumber data: Distribusi dari tabel 7
b) Tanggapan responden guru bimbingan konseling dalam tugasnya mengidentifikasi masalah siswa.
        Mengacu pada hasil jawaban responden guru, seperti telah diuraikan pada sisi tabel 8, rnaka dari 40 orang guru yang menjawab, ternyata yang menjawab ya sebanyak 20 arang atau 50 % yang menjawab kadang-kadang sebanyak 1 orang, atau 2,5%. Bila hal ini dikualifikasikan, maka guru bimbingan konseling dalam mengidentifikasi siswa bermasalah “kurang baik” atau perlu ditingkatkan. hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dari salah satu seorang staf pengajar yang rnengatakan :
    "Tampaknya guru bimbingan konseling baru akan bekerja bila dihadapannya ada seorang siswa yang datang kepadanya, karena suruhan dari seorang guru, bukan hasil identifikasi dari guru bimbingan konseling tersebut.”
        Untuk melengkapi kejelasan hasil analisis data kualitatif dan kuantitatif di atas, maka berikut akan disajikan dalam bentuk grafik batang berikut :
Grafik 2
Tanggapan Tugas Guru Bimbingan Konseling
Dalam Mengidentifikasikan Masalah Siswa
70 %
20 %
100 %
10 %
90 %
80 %
60 %
47,5 %
50 %
Tidak pernah
Kadang-kadang
50 %
40 %
30 %
00 %







2,5 %

Ya


Sumber data: Distribusi dari tabel 8
c)     Tanggapan responden guru terhadap guru bimbingan konseling dalam penanganan siswa bermasalah dengan pengajaran remedial. Mengacu dari jawaban responden guru, seperti disajikan pada tabel 9 di atas, maka dari 40 orang yang memberikan jawabannya, ternyata yang menjawab ya sebanyak 29 orang atau 72,5 % yang menjawab kadang-kadang sebanyak 11 orang atau 27,5%, dan yang menjawab tidak pernah, tidak ada. Jika data ini dikualifikasikan, maka ternyata guru bimbingan konseling. Menangani siswa bermasalah dengan pengajaran remedial. Hal ini dipertegas dengan hasil wawancara dari salah seorang guru, yang menyatakan :
    “Salah satu tugas dari guru bimbingan konseling di sekolah ini yang sangat berarti bagi kami dan siswa adalah diadakannya remeedial bagi sejumlah siswa yang tertinggal pelajaran atau biasa disebut dengan siswa berprestasi rendah.”
    Untuk melengkapi penjelasan data hasil analisis ini, maka, data kualititatif dan kuantitatif di atas disajikan dalam grafik batang berikut:









Grafik 3
Tanggapan Tugas Guru Bimbingan Konseling
Dalam Menangani Masalah Siswa Berprestasi Rendah
Melalui Pengajaran Remedial
90 %
80 %
70 %
60 %
50 %
40 %
30 %
20 %
10 %
00 %
100 %
Kadang-kadang
Tidak pernah
Ya


72,5 %



27,5 %




Sumber data : Distribusi dari tabel 9
d)    Tanggapan responden guru terhadap hasil yang dicapai dalam pengajaran remedial.
        Mengacu dari hasil jawaban responden, seperti tertera pada tabel 10, maka dari 40 orang responden guru yang menjawab, ternyata yang menjawab ya. Sebanyak 17 orang atau 42,5% yang menjawab cukup 18 orang atau 45% dan yang menjawab rendah 5 orang atau 12,5%. Hal ini bila dikualitatifkan maka hasil yang dicapai adalah “cukup” untuk lebih jelasnya, maka berikut ini akan dikemukakan dalam bentuk grafik batang sebagai berikut :
Grafik 4
Tanggapan Tugas Guru Bimbingan Konseling
Dalam Pengajaran Remedial Bagi Siswa Berprestasi Rendah
90 %
80 %
70 %
60 %
50 %
40 %
30 %
20 %
10 %
00 %
100 %
Kadang-kadang
Tidak pernah
Ya




42,5 %

45 %

12,5 %



Sumber data: Distribusi dari tabel 10
e)     Tanggapan responden guru terhadap guru bimbingan konseling tentang hasil bimbingan konseling yang dapat menekankan masalah siswa dalam kuantitas.
Mengacu pada hasil jawaban ceperti pada tabel 11, dimana 40 orang responden guru yang memberikan jawabannya, ternyata jawaban ya sebanyak 25 orang atau 62,5% sedangkan jawaban tidak, sebanyak 15 orang atau 37,5%. Data ini bila dikualifikasikan, maka berarti bahwa guru bimbingan konseling dalam kegiatannya melaksanakan tugas, dapat menekan masalah-masalah siswa di SMA Negeri 1 Sukamaju.    Untuk lebih jelasnya, rnaka berikut akan disajikan data kualitatif dan kualitatif tersebut dalam grafik batang sebagai berikut :
Grafik 5
Tanggapan Tugas Guru Bimbingan Konseling
Tentang Hasil Bimbingan Konseling
35,5 %
Tidak
Ya
62,5 %
Yang Dapat Menekan Masalah Siswa Dalam Kuantitas
60 %
50 %
40 %
30 %
20 %
10 %
00 %
100 %
90 %
80 %
70 %








Sumber data: Distribusi dari tabel 11
f) Tanggapan responden siswa terhadap guru bimbingan konseling mengenai keaktifannya menjalankan tugas.
        Mengacu kepada hasil jawabannya, ternyata diperoleh jawaban ya sebanyak 45 orang atau 75%, jawaban tidak pernah sebanyak 3 orang atau 5%, jawaban kadang-kadang. 12 orang atau 20%. Sehingga bila data ini dikualifikasikan, maka akan berarti bahwa guru bimbingan konseling SMA Negeri 1 Sukamaju aktif melaksanakan tugas. Untuk memperkuat penjelasan data ini, maka berikut disajikan grafik batangnya.
Grafik 6
Tanggapan Responden Siswa Terhadap Guru Bimbingan Konseling
Mengenai Keaktifannya Melaksanakan Tugas

90 %
80 %
70 %
60 %
50 %
40 %
30 %
20 %
10 %
00 %
100 %
Kadang-kadang
Tidak pernah
Ya


75 %




20 %

5 %


Sumber data: Distribusi dari tabel 12


g)     Tanggapan responden siswa terhadap guru bimbingan konseling dalam melaksanakan pengajaran remedial setelah evaluasi.
        Mengacu dari jawaban responden siswa seperti tertera pada tabel 13, maka dari 60 orang siswa yang memberilkan jawabannya ternyata : 50 orang orang menjawab ya atau 83,3%, 3 orang yang menjawab tidak pernah atau 5%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 7 orang atau 11,7%, jika data-data ini kualitatifkan, maka akan diperoleh suatu gambaran bahwa guru bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Sukamaju. Melakukan atau sangat memperhatikan pengajaran remedial setelah evaluasi (sumatif atau formatif).
    Untuk memperjelas data-data ini, maka disajikan dalam bentuk grafik batang, seperti berikut :
Grafik 7
Tanggapan Responden Siswa Terhadap Guru Bimbingan Konseling Dalam Melaksanakan Pengajaran Remedial Setelah Evalusi
100 %
90 %
80 %
70 %
60 %
50 %
40 %
30 %
20 %
10 %
00 %
Kadang-kadang
Tidak pernah
Ya


83,3 %




11,7 %

5 %


Sumber data: Distribusi dari tabel 13
h)     Tanggapan responden siswa terhadap guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial terhadap anak berprestasi rendah.
        Mengacu dari jawaban responden siswa seperti tertera pada tabel 14, maka dari 60 orang siswa yang memberikan jawabannya ternyata 32 orang menajwab ya atau atau 53,3%, tidak ada yang menjawab tidak pernah atau 0%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 28 orang atau 46,7 %. Jika data-data ini dikualifikasikan, maka akan diperoleh suatu gambaran bahwa guru bimbingan konseling melakukan dengan baik pengajaran remedial terhadap anak bermasalah (berprestasi di bawah rata-rata kelas). Untuk memperjelas data-data ini, maka disajikan dalam bentuk grafik batang seperti berikut :
Grafik 8
Tanggapan Responden Siswa Terhadap Guru Bimbingan Konseling    Dalam Pelaksanaan Pengajaran Remedial Terhadap Siswa Berprestasi Rendah
Kadang-kadang
Tidak pernah
Ya
100 %
90 %
80 %
70 %
60 %
50 %
40 %
30 %
20 %
10 %
00 %




46,7 %
53,3 %



0 %


Sumber data: Distribusi dari tabel 14
i)     Tanggapan responden siswa terhadap guru bimbingan konseling dalam tugas mengadakan tindak lanjut sebagai bagaian dari pengajaran remedial. Mengacu dari jawaban responden siswa seperti tertera pada tabel 15 maka dari 60 orang siswa yang memberikan jawabannya ternyata 32 orang menjawab ya atau 53,3%, 9 orang yang menjawab kadang-kadang sebanyak 19 orang atau 31,7 %. Jika data-data ini dikualifikasikan, maka akan diperoleh suatu gambaran bahwa guru bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Sukamaju selalu mengadakan tindak lanjut sebagai bagian dari pengajaran remedial bagi anak yang bermasalah (berprestasi di bawah rata-rata lulus) dengan baik. Untuk memperjelas rata-rata ini maka disajikan dalam bentuk grafik batang seperti berikut :
Grafik 9
Tanggapan Responden Siswa Terhadap Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengadakan Tindak Lanjut Sebagai Bagian Dan Remedial
90 %
80 %
70 %
60 %
50 %
40 %
30 %
20 %
10 %
00 %
100 %
Kadang-kadang
Tidak pernah
Ya
53,3 %





31 %

15 %



Sumber data: Distribusi dari tabel 15
j)    Tanggapan responden siswa terhadap guru bimbingan konseling mengenai hasil yang dicapai dalam pengajaran.
        Mengacu dari jawaban jawaban responden siswa seperti tertera pada tabel 16, maka dari 60 orang siswa yang memberikan jawabannya. Ternyata yang menjawab tinggi sebanyak 47 orang atau 78,3% yang menjawab rendah sebanyak 3 orang atau 5%, jika data-data ini dikualitatifkan, maka akan diketahui bahwa hasil dari pengajaran remedial bagi anak yang bermasalah (berprestasi di bawah rata-rata kelas) adalah tinggi. Untuk memperjelas data-data ini, maka disajikan dalam bentuk grafik batang seperti berikut :
Gambar Grafik 10
Tanggapan Responden Siswa Terhadap Hasil Pengajaran Remedial Yang Dilakukan Oleh Guru Bimbingan Konseling Terhadap Siswa
5 %
10,7 %
Rendah
Cukup
Tinggi
78,3 %
100 %
90 %
80 %
70 %
60 %
50 %
40 %
30 %
20 %
10 %
00 %









Sumber data : Distribusi dari tabel 16